SUKU BUGIS
NAMA : AMELINDA KUSUMANINGTYAS
NPM : 10117620
KELAS : 1KA01
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kami
haturkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Tak lupa kami juga haturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa Makalah ini memang belum mencapai kesempurnaan, masih banyak
kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu, saya sebagai penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat
memperbaiki dalam penulisan Makalah yang kami buat selanjutnya. Akhirnya kami sebagai penyusun berharap,
semoga Makalah yang kami buat dapat menambah wawasan kepada kami pada khususnya
dan kepada para pembaca pada umumnya.
Jakarta,
18 Maret 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
...................................................................................................i
KATA PENGANTAR
.................................................................................................ii
DAFTAR
ISI
.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
...........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG
...........................................................................................1
1.2
RUMUSAN MASALAH
...........................................................................……….1
1.3
TUJUAN
..........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN .........................................................................................
.2
2.1 SIAPA ITU SUKU
BUGIS……………………………………………………………………………..…..2
2.2 BAGAIMANA SEJARAH TERBENTUKNYA SUKU
BUGIS………………………………..….2
2.3 BAGAIMANA PENYEBARAN SUKU
BUGIS……………………………………………………….2
2.4 APA SAJA ADAT ISTIADAT SUKU
BUGIS………………………………………………………….3
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………………………….11
KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………….11
SARAN………………………………………………………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………..12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Seiring perkembangannya zaman pada
era modern ini, banyak sekali rakyat Indonesia , terutama, mulai melupakan
budayanya sendiri. Bukan hanya lupa bahkan terkadang tidak tahu dan mirisnya
itu adalah budaya khas dari daerahnya sendiri. Karena Indonesia mempunyai
berbagai macam budaya yang memiliki ke-khas-annya tersendiri. Itulah yang
membuat budaya Indonesia indah dengan berbagai macamnya. Oleh karena itu, salah
satu budaya yang akan saya bahas dalam makalah ini adalah budaya suku bugis.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. siapa itu suku bugis?
2. bagaimana sejarah terbentuknya
suku bugis?
3. bagaimana penyebaran suku bugis?
4. apa saja ada istiadat dan
kebudayaan suku bugis?
1.3 TUJUAN
Makalah ini saya buat dalam rangka
memperkenalkan dan mengingatkan kembali salah satu budaya Indonesia
terkhususkan budaya dalam suku bugis. Agar kelestarian dari budaya ini terus
terjaga hingga nantinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SIAPA ITU
SUKU BUGIS
Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah
asal Sulawesi Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan
adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke
Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan
Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak
sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai
provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI
Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau.
Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura
yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara
tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis
sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
2.2 BAGAIMANA SEJARAH TERBENTUKNYA SUKU BUGIS
Suku Bugis tergolong ke dalam
suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama
dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata “Bugis” berasal dari kata To Ugi, yang
berarti orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina
yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika
rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.
Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La
Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan
Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We
Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra
terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading
Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya
sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga
dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi
lain di Sulawesi seperti Buton.
2.3 BAGAIMANA
PENYEBARAN SUKU BUGIS
Kepiawaian suku Bugis dalam
mengarungi samudra cukup dikenal
luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia, Filipina, Brunei,
Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota
Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb yang bernama Maccassar,
sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka.
2
Penyebab terjadinya penyebaran suku
bugis salah satunya karena konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta
konflik sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak
tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis
bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong
oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat
diraih melalui kemerdekaan.
Bugis di Kalimantan
Timur
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa
yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja, mereka tetap
meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada
pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya di antaranya ada yang hijrah ke daerah
Kesultanan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona
(bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari
Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai
rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah
dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan.
Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala
kepentingan Raja Kutai, terutama di dalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar
muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan
kesulitan di dalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan
banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung
Selili).
Bugis di Sumatera
dan Semenanjung Malaysia
Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC pada
pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki
jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan
Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Di sini mereka turut
terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini
banyak raja-raja di Johor & selangor yang merupakan keturunan Luwu.
2.4 APA SAJA
ADAT ISTIADAT DAN KEBUDAYAAN SUKU BUGIS
Adat Istiadat
Suku Bugis
Dalam budaya suku bugis terdapat
tiga hal yang bisa memberikan gambaran tentang budaya orang bugis, yaitu konsep
ade, siri na pesse dan simbolisme orang bugis adalah sarung sutra.
3
1.
Konsep ade
Ade yang dalam bahasa Indonesia
adalah adat istiadat. Bagi masyarakat bugis, ada empat jenis adat yaitu :
Ade
maraja, yang dipakai
dikalangan Raja atau para pemimpin.
Ade
puraonro, yaitu adat
yang sudah dipakai sejak lama di masyarakat secara turun temurun,
Ade
assamaturukeng, peraturan
yang ditentukan melalui kesepakatan.
Ade
abiasang, adat yang
dipakai dari dulu sampai sekarang dan sudah diterapkan dalam masyarakat.
Menurut Lontara Bugis, terdapat lima
prinsip dasar dari ade yaitu ade, bicara, rapang, wari, dan sara. Konsep ini
lebih dikenal sebagai pangngadereng. Ade merupakan manifestasi sikap yang
fleksibel terhadap berbagai jenis peraturan dalam masyarakat. Rapang lebih
merujuk pada model tingkah laku yang baik yang hendaknya diikuti oleh
masyarakat. Sedangkan wari adalah aturan mengenai keturunan dan hirarki
masyarakat sara yaitu aturan hukum Islam. Siri memberikan prinsip yang tegas
bagi tingkah laku orang bugis.
Menurut Pepatah orang bugis, hanya
orang yang punya siri yang dianggap sebagai manusia.
Naia tau de’e sirina, de lainna olokolo’e. Siri’ e mitu tariaseng tau. Artinya Barang siapa yang tidak punya siri, maka dia bukanlah siapa-siapa, melainkan hanya seekor binatang.
Namun saat ini adat istiadat tersebut sudah tidak dilakukan lagi dikarenakan pengaruh budaya Islam yang masuk sejak tahun 1600-an
Naia tau de’e sirina, de lainna olokolo’e. Siri’ e mitu tariaseng tau. Artinya Barang siapa yang tidak punya siri, maka dia bukanlah siapa-siapa, melainkan hanya seekor binatang.
Namun saat ini adat istiadat tersebut sudah tidak dilakukan lagi dikarenakan pengaruh budaya Islam yang masuk sejak tahun 1600-an
2.
Konsep siri’
Makna “siri” dalam masyarakat bugis
sangat begitu berarti sehingga ada sebuah pepatah bugis yang mengatakan “SIRI
PARANRENG, NYAWA PA LAO”, yang artinya : “Apabila harga diri telah terkoyak,
maka nyawa lah bayarannya”.Begitu tinggi makna dari siri ini hingga dalam
masyarakat bugis, kehilangan harga diri seseorang hanya dapat dikembalikan
dengan bayaran nyawa oleh si pihak lawan bahkan yang bersangkutan sekalipun.
Siri’ Na Pacce secara lafdzhiyah
Siri’ berarti : Rasa Malu (harga diri), sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis
disebu Pesse yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi Pacce
berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau
kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati).
Kata Siri’, dalam bahasa Makassar
atau Bugis, bermakna “malu”. Sedangkan Pacce (Bugis: Pesse) dapat berarti
“tidak tega” atau “kasihan” atau “iba”. Struktur Siri’ dalam Budaya Bugis atau
Makassar mempunyai empat kategori, yaitu :
4
Siri’
Ripakasiri’, Adalah Siri’
yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta harga diri atau harkat dan
martabat keluarga. Siri’ jenis ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk
dilanggar karena taruhannya adalah nyawa.
Siri’
Mappakasiri’siri’, Siri’ jenis
ini berhubungan dengan etos kerja. Dalam falsafah Bugis disebutkan, “Narekko
degaga siri’mu, inrengko siri’.” Artinya, kalau Anda tidak punya malu maka
pinjamlah kepada orang yang masih memiliki rasa malu (Siri’). Begitu pula
sebaliknya, “Narekko engka siri’mu, aja’ mumapakasiri’-siri.” Artinya, kalau
Anda punya malu maka jangan membuat malu (malu-maluin).
Siri’
Tappela’ Siri (Bugis: Teddeng Siri’),
Artinya rasa malu seseorang itu hilang “terusik” karena sesuatu hal. Misalnya,
ketika seseorang memiliki utang dan telah berjanji untuk membayarnya maka si
pihak yang berutang berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjinya atau
membayar utangnya sebagaimana waktu yang telah ditentukan (disepakati). Ketika
sampai waktu yang telah ditentukan, jika si berutang ternyata tidak menepati
janjinya, itu artinya dia telah mempermalukan dirinya sendiri.
Siri’
Mate Siri’, Siri’ yang
satu berhubungan dengan iman. Dalam pandangan orang Bugis/Makassar, orang
yangmate siri’-nya adalah orang yang di dalam dirinya sudah tidak ada rasa malu
(iman) sedikit pun. Orang seperti ini diapakan juga tidak akan pernah merasa
malu, atau yang biasa disebut sebagai bangkai hidup yang hidup.
Guna melengkapi keempat struktur
Siri’ tersebut maka Pacce atau Pesse menduduki satu tempat, sehingga membentuk
suatu budaya (karakter) yang dikenal dengan sebutan Siri’ Na Pacce.
Kebudayaan Suku
Bugis
1.
Perkawinan ideal menurut adat Bugis Makassar adalah:
Assialang
marola, yaitu
perkawinan antara saudara sepupu sederajat kesatu, baik dari pihak ayah maupun
dari pihak ibu.
Assialana
memang, yaitu
perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua, baik dari pihak ayah maupun
dari pihak ibu.
Ripanddeppe’
mabelae, yaitu
perkawinan antara saudara sepupu sederajat ketiga, baik dari pihak ayah maupun
dari pihak ibu.
Perkawinan tersebut, walaupun ideal,
tidak diwajibkan sehingga banyak pemuda yang menikah dengan gadis-gadis yang
bukan sepupunya.
5
2.
Perkawinan yang dilarang atau sumbang (salimara’) adalah perkawinan antara:
Anak dengan ibu atau ayah.
Saudara sekandung.
Menantu dan mertua.
Paman atau bibi dengan kemenakannya.
Kakek atau nenek dengan cucu.
3.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelum perkawinan adalah
Mappuce-puce, yaitu kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si
gadis untuk mengadakan peminangan.
Massuro, yaitu kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada
keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis sunreng (mas
kawin), dan sebagainya.
Maduppa, yaitu pemberitahuan kepada seluruh kaum kerabat mengenai
perkawinan yang akan datang.
Kesenian Suku
Bugis
1. Tari
Paduppa Bosara
Tari Padupa Bosara merupakan sebuah tarian yang mengambarkan bahwa orang bugis kedatangan atau dapat dikatakan sebagai tari selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis jika kedtangan tamu senantisa menghidangkan bosara sebagai tanda kehormatan.
Tari Padupa Bosara merupakan sebuah tarian yang mengambarkan bahwa orang bugis kedatangan atau dapat dikatakan sebagai tari selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis jika kedtangan tamu senantisa menghidangkan bosara sebagai tanda kehormatan.
2. Tari
Pakarena
Tari Pakarena Merupakan tarian khas Sulawesi Selatan, Nama Pakarena sendiri di ambil dari bahasa setempat, yaitu karena yang artinya main. Tarian ini pada awalnya hanya dipertunjukkan di istana kerajaan, namun dalam perkembangannya tari Pakarena lebih memasyarakat di kalangan rakyat.
Tari Pakarena Merupakan tarian khas Sulawesi Selatan, Nama Pakarena sendiri di ambil dari bahasa setempat, yaitu karena yang artinya main. Tarian ini pada awalnya hanya dipertunjukkan di istana kerajaan, namun dalam perkembangannya tari Pakarena lebih memasyarakat di kalangan rakyat.
Tari Pakarena memberikan kesan
kelembutan. Hal tersebut mencerminkan watak perempuan yang lembut, sopan,
setia, patuh dan hormat pada laki-laki terutama pada suami. Sepanjang
Pertunjukan Tari Pakarena selalu diiringi dengan gerakan lembut para penarinya
sehingga menyulitkan bagi masyarakat awam untuk mengadakan babak pada tarian
tersebut.
6
3.Tari Ma’badong
Tari Ma’badong hanya diadakan pada saat upacara kematian. Penari membuat lingkaran dengan mengaitkan jari-jari kelingking, Penarinya bisa pria atau bisa wanita. Mereka biasanya berpakaian serba hitam, namun terkadang memakai pakaian bebas karena tarian ini terbuka untuk umum.
Tari Ma’badong hanya diadakan pada saat upacara kematian. Penari membuat lingkaran dengan mengaitkan jari-jari kelingking, Penarinya bisa pria atau bisa wanita. Mereka biasanya berpakaian serba hitam, namun terkadang memakai pakaian bebas karena tarian ini terbuka untuk umum.
Tarian yang hanya diadakan pada upacara kematian
ini hanya dilakukan dengan gerakan langkah yang silih berganti sambil
melangtungkan lagu kadong badong. Lagu tersebut syairnya berisikan riwayat
manusia malai dari lahir hingga mati, agar arwah si Mati diterima di negeri
arwah atau alam baka. Tarian Badong bisanya belansung berjam-jam, sering juga
berlansung semalam suntuk.
Tarian Ma’badong bisanya dibawakan hanya pada
upacara pemakaman yang lamanya tiga hari tiga malam khusus bagi kaum bangsawan
di daerah Tana Toraja Sulawesi Selatan.
4.Tari Pa’gellu
Tari Pagellu merupakan salah satu tarian dari Tana Toraja yang di pentaskan pada acara pesta tambu Tuka, Tarian ini juga dapat ditampilkan untuk menyambut patriot atau pahlawan yang kembali dari medan perang dengan membawa kegembiraan.
Tari Pagellu merupakan salah satu tarian dari Tana Toraja yang di pentaskan pada acara pesta tambu Tuka, Tarian ini juga dapat ditampilkan untuk menyambut patriot atau pahlawan yang kembali dari medan perang dengan membawa kegembiraan.
5.Tari Mabbissu
Tari Mabissu merupakan tarian bissu yang biasanya dipertunjukkan ketika upacara adat. Para penarinya bissu (orang yang kebal) yang selalu mempertontokan kesaktian mereka dalam bentuk tarian komunitas bissu bisa kita jumpai didaerah pangkep sigeri sulawesi selatan.
Tari Mabissu merupakan tarian bissu yang biasanya dipertunjukkan ketika upacara adat. Para penarinya bissu (orang yang kebal) yang selalu mempertontokan kesaktian mereka dalam bentuk tarian komunitas bissu bisa kita jumpai didaerah pangkep sigeri sulawesi selatan.
6.Tari Kipas
Tari kipas Merupakan tarian yang memrtunjukan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu.
Tari kipas Merupakan tarian yang memrtunjukan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu.
7.Gandrang
Bulo
Gandrang Bulo merupakan sebuah pertunjukan musik dengan perpaduan tari dan tutur kata. Nama Gandrang bulo sendiri diambil dari perpaduan dua suku kata, yaitu gendang dan bulo, dan jika disatukan berarti gendang dari bambu. Ganrang Bulo merupakan pertunjukan kesenian yang mengungkapkan kritikan dan dikemas dalam bentuk lelucon atau banyolan.
Gandrang Bulo merupakan sebuah pertunjukan musik dengan perpaduan tari dan tutur kata. Nama Gandrang bulo sendiri diambil dari perpaduan dua suku kata, yaitu gendang dan bulo, dan jika disatukan berarti gendang dari bambu. Ganrang Bulo merupakan pertunjukan kesenian yang mengungkapkan kritikan dan dikemas dalam bentuk lelucon atau banyolan.
8.Kecapi
Kecapi Merupakan sala satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan, khusunya suku Bugis. Baik itu Bugis Makassar ataupun Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut sehingga betuknya menyerupai perahu. Kecapi, biasanya ditampilkan sebagai musik pengiring pada acara penjemputan para tamu pada pesta perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
Kecapi Merupakan sala satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan, khusunya suku Bugis. Baik itu Bugis Makassar ataupun Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut sehingga betuknya menyerupai perahu. Kecapi, biasanya ditampilkan sebagai musik pengiring pada acara penjemputan para tamu pada pesta perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
7
9.Gendang
Gendang merupakan sala satu alat musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar, yakni bulat panjang dan bundar mirip seperti rebana.
Gendang merupakan sala satu alat musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar, yakni bulat panjang dan bundar mirip seperti rebana.
10.Suling
Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Suling
Panjang (Suling Lampe) yang memiliki
lima lubang nada dan jenis suling ini telah punah.
Suling
calabai (siling ponco) suling jenis ini sering dipadukan dengan biola, kecapi dan
dimainkan bersama penyanyi.
Suling
dupa Samping (musik bambu) musik bambu masih sangat terpelihara biasanya digunakan pada acara
karnaval atau acara penjemputan tamu.
Rumah Adat Suku
Bugis
Setiap budaya memiliki Ciri Khas
Rumah Adatnya Masing-masing. Begitu Pula Dengan Bugis, rumah adat bugis itu
terdiri dari tiga Bagian. Yang Dimana Kepercayaan Tersebut terdiri atas :
1. Boting Langiq (Perkawinan Di langit yang Dilakukan Oleh We Tenriabeng)
2. Ale Kawaq (Di bumi. Keadaan-keadaan yang terjadi Dibumi)
3. Buri Liu (Peretiwi/Dunia Bawah Tanah/Laut) yang masih mempercayai bahwa
1. Boting Langiq (Perkawinan Di langit yang Dilakukan Oleh We Tenriabeng)
2. Ale Kawaq (Di bumi. Keadaan-keadaan yang terjadi Dibumi)
3. Buri Liu (Peretiwi/Dunia Bawah Tanah/Laut) yang masih mempercayai bahwa
Rumah ini bisa berdiri tampa
mengunakan satu paku pun orang daluhu kala mengantikan Fungsi Paku Besi menjadi
Paku Kayu.
Rumah adat suku Bugis Makassar dapat
di bedakan berdasarkan status sosial orang yang menempatinya,
Rumah
Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang di tempati oleh keturunan raja (kaum
bangsawan)
bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.
Tipologi kedua rumah ini adalah
sama-sama rumah panggung, lantainya mempunyai jarak tertentu dengan tanah,
bentuk denahnya sama yaitu empat persegi panjang. Perbedaannya adalah saoraja
dalam ukuran yang lebih luas begitu juga dengan tiang penyangganya, atap
berbentuk prisma sebagai penutup bubungan yang biasa di sebut timpak laja yang
bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima sesuai dengan kedudukan penghuninya.
8
Rumah
adat suku bugis baik saoraja maupun bola terdiri atas tiga bagian :
Awa bola ialah kolong yang terletak
pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada
zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat
untuk menangkap ikan dan hewan-hewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.
Alle bola ialah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak
antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang
dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari seperti menerima tamu, tidur,
bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya.
Badan rumah tediri dari beberapa
bagian rumah seperti: · lotang risaliweng, Pada bagian depan badan rumah di
sebut yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat
bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa
ke pemakaman. Lotang ritenggah atau Ruang tengah, berfungsi sebagai tempat
tidur kepala keluarga bersama isteri dan anak-anaknya yang belum dewasa,
hubungan social antara sesame anggota keluarga lebih banyak berlangsung disini.
·
Lontang rilaleng atau ruang
belakang, merupakan merupakan tempat tidur anak gadis atau orang tua usia
lanjut, dapur juga di tempatkan pada ruangan ini yang dinamakan dapureng atau
jonghe. ·
Rakkeang ialah loteng yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan hasil pertanian seperti padi, jagung, kacang dan hasil
perkebunan lainnya. Sebagaimana halnya unsur-unsur kebudayaan lainnya maka
teknologi arsitektur tradisionalpun senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan.
Hal ini juga mempengaruhi arsitektur
tradisional suku bangsa bugis antara lain bola ugi yang dulunya berbentuk rumah
panggung sekarang banyak yang di ubah menjadi rumah yang berlantai batu. Agama
Islam juga memberi pengaruh kepada letak dari bagian rumah sekarang yang lebih
banyak berorientasi ke Kabah yang merupakan qiblat umat Isalam di seluruh
dunia. Hal tersebut di karenakan budaya Islam telah membudaya di kalangan
masyarakat bugis makassar, symbol-simbol yang dulunya di pakai sebagai pengusir
mahluk halus yang biasanya diambil dari dari jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang
tertentu diganti dengan tulisan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an
Bahasa Suku
Bugis
Etnik Bugis mempunyai bahasa
tersendiri dikenali sebagai Bahasa Bugis (Ugi)
Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagai Lontara yang berdasarkan tulisan Brahmi. Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf yang dipakai adalah aksara lontara, sebuah sistem huruf yang berasal dari Sanskerta.
Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagai Lontara yang berdasarkan tulisan Brahmi. Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf yang dipakai adalah aksara lontara, sebuah sistem huruf yang berasal dari Sanskerta.
9
Seperti halnya dengan wujud-wujud
kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan
manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka. Kata lontaraq berasal
dari Bahasa Bugis/Makassar yang berarti daun lontar. Karena pada awalnya
tulisan tersebut di tuliskan diatas daun lontar. Tiap-tiap daun lontar
disambungkan dengan memakai benang lalu digulung pada jepitan kayu, yang
bentuknya mirip gulungan pita kaset.
Lontara Bugis-Makassar merupakan sebuah huruf yang sakral bagi masyarakat bugis klasik. Huruf lontara tidak hanya digunakan oleh masyarakat bugis tetapi huruf lontara juga digunakan oleh masyarakat makassar. Contoh pemakaian bahasa Bugis: “Makan ma’ki (silakan Anda makan)”. “Aga tapigau?”( apa yang sedang anda lakukan?). Adapun partikel-partikel yang biasa digunakan dalam bahasa bugis-Makassar seperti ji, mi, pi, mo, ma’, di’, tonji, tawwa, pale. Contoh penggunaannya misalnya : “tidak papa ji.” (tidak apa-apa).
Pakaian Suku
Bugis
Baju Bodo adalah pakaian adat suku
Bugis dan diperkirakan sebagai salah satu busana tertua di dunia. Perkiraan itu
didukung oleh sejarah kain Muslim yang menjadi bahan dasar baju bodo. Jenis
kain yang dikenal dengan sebutan kain Muslin (Eropa), Maisolos (Yunani Kuno),
Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab) pertama kali diperdagangkan di kota
Dhaka, Bangladesh. Hal ini merujuk pada catatan seorang pedagang Arab bernama
Sulaiman pada abad ke-19. Sementara pada tahun 1298, dalam buku yang berjudul
“The Travel of Marco Polo”, Marco Polo menggambarkan kalau kain Muslim dibuat di
Mosul (Irak) dan diperdagangkan oleh pedagang yang disebut Musolini.
Namun kain yang ditenun dari pilinan
kapas yang dijalin dengan benang katun ini sudah lebih dahulu dikenal oleh
masyarakat Sulawesi Selatan, yakni pada pertengahan abad ke-9, jauh sebelum
masyarakat Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17, dan populer di Perancis
pada abad ke-18. Kain Muslim memiliki rongga-rongga dan jarak benang-benangnya
yang renggang membuatnya terlihat transparan dan cocok dipakai di daerah tropis
dan daerah-daerah yang beriklim panas.
Sesuai dengan namanya “bodo” yang
berarti pendek, baju ini memang berlengan pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai
tanpa baju dalaman sehingga memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada
pemakainya, dan dipadukan dengan sehelai sarung yang menutupi bagian pinggang
ke bawah badan. Namun seiring dengan masuknya pengaruh Islam di daerah ini,
baju yang tadinya memperlihatkan aurat pun mengalami perubahan. Busana
transparan ini kemudian dipasangkan dengan baju dalaman berwarna sama, namun lebih
terang. Sedangkan busana bagian bawahnya berupa sarung sutera berwarna senada.
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ternyata betapa menariknya budaya
dari suku bugis serta perkembangan sejarahnya. Ini baru saja salah satu dari
budaya Indonesia, bagaimana yang lain. Indonesia terkenal beragam macam
budayanya yang harusnya membuat kita bangga dan turut serta dalam menjaga dan
melestarikannya.
SARAN
Akan lebih baik jika kita turut andil dalam
menjaga dan melestarikannya. Jangan hanya mengandalkan para leluhur kita yang
masih hidup saja.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar