MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Disusun oleh :
Amelinda Kusumaningtyas (10117620)
Gladia Amiranti (12117575)
Naya Viandita (14117469)
Sri Rahayu Adiningsih (15117762)
1KA01
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2017
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat
erat satu sama lainnya. Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang
pengertian-pengertian dasar tentang manusia dan kebudayaan.
A. MANUSIA
Manusia memegang peranan yang unik di dalam dunia
ini dan dapat dipandang dari banyak segi.
Dalam ilmu eksakta :
·
manusia
merupakan kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan
sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia).
·
manusia
merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terikat satu sama
lain dan merupakan kumpulan energi (ilmu fisika).
·
manusia
merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan mamalia (ilmu
biologi).
Dalam ilmu sosial :
·
manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan, yang sering disebut sebagai homo economicus (ilmu
ekonomi).
·
Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi).
·
Manusia
merupakan makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (ilmu politik).
·
Manusia
merupakan makhluk yang berbudaya, yang sering disebut homo humanos (ilmu
filsafat).
Dari penjelasan diatas,
dapat disimpulkan bahwa manusia selain diartikan dari banyak segi, juga
mempunyai banyak kepentingan. Tetapi, siapakah manusia sebenarnya? Tentu kita
akan mengalami kebingungan dalam menjawab hal tersebut. Oleh karena itu, mari
kita ketahui siapa manusia itu dari unsur-unsur yang membangun manusia. Ada dua
pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur
yang membangun manusia :
A. Manusia
terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu :
a) Jasad, badan kasar manusia;
tubuh; sesuatu yang dapat dilihat dan diraba.
b) Hayat, mengandung unsur hidup,
ditandai dengan gerak; kehidupan; nyawa.
c) Ruh, unsur non-materi yang
diciptakan oleh Tuhan sebagai penyebab adanya kehidupan.
d) Nafs, keinginan untuk memenuhi
apa yang diinginkan; keinginan dalam memperoleh pengakuan; syahwat, cenderung
memiliki arti yang buruk karena apabila tidak terpenuhi biasanya akan
menumbuhkan rasa iri hati,dengki, atau hasad dalam hati.
B. Manusia
sebagai satu kepribadian yang mengandung tiga unsur, yaitu :
a) Id, struktur kepribadian yang paling
primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni atau energi psikis
yang menunjukkan ciri alami yang irasional dan terkait dengan seks. Id tidak
berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur lain
kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan
dunia luar. Terkukung dari realitas dan pengaruh sosial, Id diatur oleh prinsip
kesenangan, mencari kepuasan instingtual libidinal yang harus dipenuhi baik
secara langsung melalui pengalaman seksual atau secara tidak langsung seperti
melalui mimpi atau khayalan. Proses pemenuhan kepuasan yang disebutkan
terakhir, dilakukan secara tidak langsung disebut sebagai proses primer. Obyek
yang nyata dari pemuasan kebutuhan langsung dalam prinsip kesenangan ditentukan
oleh tahap psikoseksual dari perkembangan individual.
b) Ego, bagian atau struktur
kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai
kepribadian “eksekutif’ karena peranannya dalam menghubungkan energi Id ke
dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain. Perkembangan ego
terjadi antara usia satu dan dua tahun, pada saat anak secara nyata berhubungan
dengan lingkungannya. Ego diatur oleh prinsip realitas, sadar akan tuntunan
lingkungan luar, dan mengatur tingkah laku sehingga dorongan instingtual Id
dapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima. Pencapaian obyek-obyek khusus
untuk mengurangi energi libidinal dengan cara yang dalam lingkungan sosial
dapat diterima disebut sebagai proses sekunder.
c) Superego, struktur kepribadian
paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Dibandingkan dengan Id dan
ego yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk
dari lingkungan eksternal. Jadi, superego merupakan kesatuan standar-standar
moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di
dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari
pandangan-pandangan orang tua. Baik aspek negatif maupun positif dari standar
moral tingkah laku ini diwakilkan atau ditunjukkan oleh superego. Kode moral
positif disebut ego ideal, suatu perwakilan dari tingkah laku yang tepat
bagi individu untuk dilakukan. Kesadaran membentuk aspek negatif dari superego
untuk menentukan hal-hal mana yang termasuk dalam kategori tabu, bahwa
penyimpangan dari aturan tersebut akan dikenakan sangsi.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui aspek
tindakan manusia dengan analisa hubungan antara tindakan dan unsur-unsur
manusia. Seringkali, misalnya orang yang senang terhadap penyimpangan terhadap
nilai-nilai masyarakat dapat diidentifikasikan bahwa orang tersebut lebih
dikendalikan olh Id dibanding superego-nya atau seringkali ada kelainan yang
terjadi pada manusia seperti orang yang berparas buruk dan bertubuh pendek
berani tampil ke muka umum, yang mengacu kepada unsur nafs yang dimiliki oleh
manusia. Semua unsur tersebut dapat digunakan sebagai alat analisa tingkah laku
manusia.
B. HAKEKAT MANUSIA
a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan
jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat
dilihat,diraba,dirasa, dan wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia
itu meninggal, tubuhnya akan hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh,
tidak dapat dilihat maupun diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia
itu meninggal, jiwa akan lepas dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan
dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh
manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika
dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kesempurnaan manusia terletak pada
adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi dengan akal,perasaan, dan
kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dengan akal, manusia mampu
menciptakan teknologi dan ilmu pengetahuan. Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan
manusia mampu mempertimbangkan,menilai, dan berkehendak dalam menciptakan
kebenaran, keindahan, kebaikan, atau sebaliknya. Selanjutnya perasaan, manusia
mampu menciptakan kesenian. Daya rasa dalam diri manusia ada dua macam, yaitu
perasaan inderawi dan rohani.
Perasaan inderawi adalah rangsangan
jasmani melalui panca indera, tingkatnya rendah, dan terdapat pada manusia atau
binatang, sedangkan perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat
pada manusia, misalnya :
1) Perasaan Intelektual
, perasaan yang berhubungan dengan pengetahuan. Seseorang akan merasa senang
atau puas jika berhasil mengetahui sesuatu, begitu pula sebaliknya.
2) Perasaan Estetis , perasaan yang
berhubungan dengan keindahan. Seseorang akan merasa senang jika dia melihat
atau mendengar hal yang indah, begitu pula sebaliknya.
3) Perasaan Etis , perasaan yang
berhubungan dengan kebaikan. Seseorang akan merasa senang apabila sesuatu itu
baik, sebaliknya jika tidak baik maka ia akan membencinya.
4) Perasaan Diri , perasaan yang
berhubungan dengan harga diri karena merasa lebih dari yang lain. Apabila
seseorang memiliki kelebihan pada dirinya, dia akan merasa tinggi, angkuh, dan
sombong, sebaliknya apabila ada kekurangan pada dirinya maka dia akan merasa
rendah diri.
5) Perasaan Sosial , perasaan yang
berhubungan dengan kelompok atau hidup bermasyarakat. Apabila ada orang yang
berhasil, dia ikut senang. Namun, jika ada yang terkena musibah, dia akan
sedih.
6) Perasaan Religius, perasaan yang
berhubungan dengan agama atau kepercayaan.
Seseorang akan merasa tentram jiwanya apabila bertawakkal kepada Tuhan, yaitu
mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
c. Makhluk biokultural, makhluk hayati yang budayawi.
Manusia adalah produk saling tindak
atau interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Sebagai makhluk hayati,
manusia dapat dipelajari dari segi anatomi, fisiologi, biokimia, psikobiologi,
patologi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan sebagainya. Sebagai
makhluk budayawi dapat dipelajari dari segi kemasyarakatan, kekerabatan,
psikologi sosial, kesenian, ekonomi, bahasa, dan sebagainya.
d. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan
(ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan
berkarya.
Menurut Soren Kienkegaard, seorang
filsuf Denmark dan pelopor ajaran “eksistensialisme” , memandang manusia dalam
konteks kehidupan konkrit adalah makhluk alamiah yang terikat dengan
lingkungannya dan memiliki sifat-sifat alamiah serta tunduk pada hukum alamiah.
Hidup manusia mempunyai tiga taraf,
yaitu estetis, etis, dan religious. Dimana dengan kehidupan estetis, manusia
mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengganggumkan dan
mengungkapkannya kembali dalam bentuk tarian ataupun lukisan. Dengan kehidupan
etis, manusia dapat meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi
dalam bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius,
manusia akan mampu menghayati pertemuannya dengan Tuhan.
Semakin dekat seseorang dengan
Tuhan, semakin dekat pula dia menuju kesempurnaan dan semakin jauh dari rasa
kekhawatiran serta semakin bermakna pula kehidupannya.
C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Manusia
mendiami wilayah yang berbeda dan berada di lingkungan yang berbeda pula. Hal
ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan, dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah
berbeda dengan yang lainnya. Namun, secara garis besar, terdapat tiga pembagian
wilayah, yaitu : Barat, Timur Tengah, dan Timur.
Indonesia
termasuk ke dalam bangsa Timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian
baik. Bangsa Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat.
Orang-orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa Timur yang
tidak individualistis dan saling tolong-menolong satu sama lain.
Akan
tetapi, kebanyakan bangsa Timur masih tertinggal oleh bangsa Barat dan Timur
Tengah.
Ilmu
psikologi berasal dan timbul dalam masyarakat barat, dimana konsep individu
mengambil tempat yang amat penting dalam menganalisis jiwa manusia yang banyak
menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri.
Hingga
kini, ilmu psikologi di negara-negara barat mengembangkan konsep-konsep dan
teori-teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan alat-alat
untuk menganalisis dan mengukur variasi
isi jiwa individu secara detail. Tetapi, ilmu itu masih kurang dalam konsep
untuk menganalisis jaringan terkait antara jiwa individu dan lingkungan sosial
budayanya.
Oleh
karena itu, Francis L.K Hsu seorang sarjana Amerika keturunan Cina,
mengembangkan suatu konsepsi tentang jiwa manusia sebagai makhluk sosial
budaya, yang ia sebut sebagai Bagan Psiko-Sosiogram Manusia atau delapan daerah
seperti lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
Berikut
keterangannya :
Nomor 7 dan 6 disebut sebagai daerah tak sadar dan sub
sadar. Kedua lingkaran itu berada di daerah pedalaman dari alam jiwa
individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke
dalam, sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan. Pada bagian ini, diibaratkan sebagai isi
impian sudah tidak lagi tersusun menurut logika yang biasa dianut manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Individu tersebut mungkin sudah melupakannya, tetapi dalam
keadaan tertentu bisa saja apa yang sudah dilupakannya muncul kembali dan
mengganggu kebiasaan hidup sehari-harinya. Daerah itu sudah banyak diteliti dan
dianalisis oleh para ahli psikoanalisis seperti Sigmund Freud dan pengikutnya.
Nomor
5 disebut kesadaran yang tak
dinyatakan (unexpressed conscious). Bagian ini terdiri dari pikiran-pikiran
dan gagasan-gagasan yang disadari oleh individu, tetapi disimpan sendiri dan
tak dinyatakan kepada siapapun juga dalam lingkungannya. Kemungkinan hal itu
terjadi disebabkan oleh :
a) Takut
akan disalahkan atau dimarahi atau karena ia mempunyai niat jahat.
b) Takut
mendapat respon yang buruk, tidak sesuai dengan keinginannya.
c) Malu
karena takut ditertawakan atau karena ada perasaan bersalah yang mendalam.
d) Tidak
bisa menemukan kata-kata yang cocok dalam menyatakannya.
Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan
(expressed conscious). Bagian ini adalah bagian dimana baik pikiran, gagasan,
ataupun perasaan dinyatakan secara terbuka kepada sesamanya serta mendapat
respon yang baik karena dapat dengan mudah diterima oleh sesamanya.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib, mengandung
konsepsi tentang orang-orang, binatang-binatang, atau benda-benda yang bisa
saja dipakai oleh individu atau tempat dia mencurahkan isi hatinya. Biasanya
penghuni pada bagian ini adalah orang tua, saudara sekandung, kerabat dekat,
dan sahabat karib yang merupakan penghuni penting. Selain itu, binatang
kesayangan atau benda kesayangan, ideologi bagi yang memilikinya, dan Tuhan
bagi yang beribadah juga menempati bagian ini.
Nomor 2 disebut lingkungan hidup berguna, tidak ditentukan
melalui sikap sayang dan mesra, melainkan oleh fungsi kegunaan orang, binatang
atau benda bagi dirinya sendiri. Contoh penghuni di bagian ini, guru adalah
penghuni nomor dua bagi murid. Kecuali manusia, juga ada benda dan alat kehidupan
sehari-hari yang otomatis digunakan, tanpa banyak mengeluarkan
perasaan,kecakapan atau tenaga ,seperti pakaian harian, alat makan, uang, dan
sebagainya.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari
pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda, alat,
pengetahuan, dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi
yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap kehidupan
sehari-hari. Biasanya yang berada dalam lingkaran ini adalah orang-orang yang
tadinya kagum akan suatu apabila mendengarnya, tetapi sesudah itu tidak ada
kelanjutan lebih jauh dari kekaguman tadi karena hal-hal tersebut tak ada
tempat dan fungsi langsung dalam kehidupan mereka.
Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar, yang
berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang
belum pernah dikunjungi atau dijumpai.
D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Pengertian kebudayaan
menyangkut bermacam-macam definisi yang telah dipikirkan oleh sarjana-sarjana
bidang sosial budaya seluruh dunia.
Dua orang antropolog
termuka yaitu Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan,
bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam
masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganik, karena
turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
Pengertian kebudayaan
meliputi bidang yang luasnya seolah-olah tidak ada batasnya. Dengan demikian
sukar sekali untuk mendapatkan pembatasan pengertian yang tegas dan terperinci.
Dalam pengertian sehari-hari, kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian,
terutama seni tari dan seni suara.
Kebudayaan mencakup
segala aspek kehidupan manusia, baik yang sifatnya material, seperti teknologi,
maupun non-material, seperti nilai kehidupan. Secara praktis, kebudayaan
merupakan sistem nilai dan gagasan utama (vital). Dimana sistem nilai dan
gagasan utama tersebut, dihayati benar-benar oleh para pendukung kebudayaan
yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Sistem nilai dan
gagasan utama sebagai hakekat kebudayaan terwujud dalam tiga sistem kebudayaan
terperinci, yaitu Sistem Ideologi, Sistem Sosial, dan Sistem
Teknologi.
Sistem ideologi
meliputi etika, norma, adat istiadat, dan peraturan hukum yang berfungsi
sebagai pengarahan untuk sistem sosial dan berupa interpretasi operasional dari
sistem nilai budaya dan gagasan utama yang berlaku.
Sistem sosial meliputi
hubungan dan kegiatan sosial di dalam masyarakat, baik yang terjalin di dalam
lingkungan kerabat, maupun yang terjadi dengan masyarakat lebih luas serta
pemimpin-pemimpinnya.
Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta
penggunaannya, sesuai dengan nilai budaya yang berlaku.
E. UNSUR – UNSUR KEBUDAYAAN
Yang dimaksud dengan
unsur disini adalah apa sesungguhnya kebudayaan itu, sehingga kebudayaan disini
lebih mengandung makna totalitas daripada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang
terdapat didalamnya.
Melville J. Herskovits
menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu alat-alat teknologi,
sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik. Sedangkan Bronislaw
Malinowski, mengatakan unsur-unsur tersebut terdiri dari sistem
norma,organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga petugas pendidikan dan
organisasi kekuatan.
C. Kluckhohn mengemukakan,
bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal di dalam karyanya yang berjudul
Universal Categories of Culture, yaitu :
1. Sistem Religi (sistem kepercayaan)
Manusia
sebagai homo religieus. Manusia memiliki kecerdasan pikiran dimana
ketika ia melihat sesuatu yang lebih kuat darinya, maka ia akan merasa takut
dan menjadi tunduk. Oleh karena itu, lahirlah kepercayaan atau yang dikenal
sebagai agama.
2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Manusia
sebagai homo socius. Meskipun manusia memiliki akal, namun tubuhnya
lemah. Oleh karena itu, disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia
dapat bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem Pengetahuan
Manusia
sebagai homo sapiens. Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pemikiran
sendiri, namun dari orang lain juga. Kemampuan manusia dalam mengingat suatu
ilmu lalu menyampaikannya yang membuat ilmu pengetahuan tersebut berkembang
luas.
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem-Sistem Ekonomi
Manusia
sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum
terus meningkat.
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
Manusia
sebagai homo faber. Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan
barang-barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain.
6. Bahasa
Manusia
sebagai homo longuens. Kode yang telah disempurnakan dalam bentuk bahasa
lisan dan menjadi bentuk bahasa tulisan adalah bahasa manusia.
7. Kesenian
Manusia
sebagai homo aesteticus. Selain memenuhi kebutuhan fisik, manusia juga
perlu memenuhi kebutuhan psikisnya.
Masalah lain yang juga
penting tentang kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan, bahwa
kebudayaan dapat dibedakan dalam dua bentuk wujudnya. Pertama, kebudayaan
bendaniah (material) lalu yang kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual).
F. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut
dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu :
1) Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Disebut
juga sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada
kepala-kepala manusia yang menganutnya atau dengan kata lain di dalam alam
pikiran manusia dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2) Kompleks aktivitas
Aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, konkrit, dan dapat diamati. Wujud ini sering
disebut sebagai sistem sosial.
3) Wujud sebagai benda
Interaksi
manusia tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan hasil karya manusia
untuk mencapai tujuannya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang konkrit atau
disebut juga kebudayaan fisik, muali dari benda yang diam hingga yang bergerak.
Ketiga
wujud tadi tak terpisah satu sama lainnya di dalam kehidupan bermasyarakat.
G. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Kebudayaan sebagai
karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam bukunya yang
berjudul Variations in Value Orientation pada tahun 1961 menyatakan, bahwa
sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia ,menyangkut lima masalah
pokok kehidupan manusia, yaitu :
1. Hakekat hidup
manusia (MH)
Hakekat hidup untuk
setiap kebudayaan berbeda; ada yang berusaha memadamkan hidup, ada pula yang
mengisi hidupnya dengan hal yang bermanfaat.
2. Hakekat karya
manusia (MK)
Setiap kebudayaan
hakekatnya berbeda-beda. Ada yang beranggapan bahwa karya memberikan kedudukan
atau kehormatan, bahkan kehidupan.
3. Hakekat waktu
manusia (WM)
Hakekat waktu untuk
setiap kebudayaan berbeda; ada yang lebih berorientasi pada masa lampau, ada
juga pada masa datang.
4. Hakekat alam manusia
(MA)
Ada yang beranggapan
bahwa manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkannya dengan baik, ada
pula yang menyuruh kita harmonis dengan alam dan menyerah pada alam.
5. Hakekat hubungan
manusia (MN)
Ada yang mementingkan
hubungan manusia dengan manusia, baik secara horizontal atau dengan sesamanya
maupun secara vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh). Namun, ada pula yang
berpandangan individualistis.
H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Tidak semua kebudayaan
itu statis, semua kebudayaan memiliki dinamika dan geraknya tersendiri. Gerak
kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang
menjadi wadah kebudayaan tersebut. Hal itu terjadi karena hubungan yang
tercipta antar kelompok manusia dengan masyarakat. Berikut sebab-sebab
terjadinya perubahan :
1.
Dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, seperti perubahan jumlah
penduduk.
2. Perubahan lingkungan
alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang cenderung hidup terbuka, lebih mudah dalam
berbaur dengan masyarakat.
Selain sebab-sebab
diatas, mungkin saja disebabkan karena adanya difusi kebudayaan,
penemuan-penemuan baru, terutama teknologi.
Perubahan sosial dengan
kebudayaan adalah dua hal yang berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi
perubahan struktur sosial serta pola-pola hubungan sosial.
Perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap-sikap, dan
pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Sedangkan perubahan
kebudayaan, terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian
rupa, sehingga lama-lama unsur-unsur kebudayaan asing tersebut akan diserap dan
diterapkan di dalam kebudayaan tersebut tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
Terkait dengan
unsur-unsur kebudayaan asing, kebudayaan asing seperti apakah yang mudah
diterima, yaitu yang membawa manfaat yang besar serta sesuai dengan keadaan
kebudayaan tersebut. Sedangkan yang sulit diterima, biasanya yang menyangkut sistem
kepercayaan.
I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana
hubungannya, manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan sebagai obyek
yang dilaksanakan manusia. Namun dalam ilmu sosiologi, manusia dan kebudayaan
bernilai dwitunggal. Meskipun berbeda tapi merupakan satu kesatuan, dimana
manusia menciptakan kebudayaan lalu kebudayaan itu akan mengatur hidup manusia
agar sesuai dengannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia tidak
bisa lepas dari kebudayaan.
Dari sisi lain,
hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan
hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan dialektis, yaitu
saling terkait satu sama lainnya. Proses dialektis diciptakan melalui tiga
tahap, yaitu :
1.
Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya.
2. Obyektivasi,
proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif yang akan mempengaruhi
bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Internalisasi,
proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Manusia mempelajari
kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik.
Oleh karena itu,
manusia dan kebudayaan atau manusia dan masyarakat mempunyai hubungan
keterkaitan yang erat satu sama lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. 1996. MKDU
Ilmu Budaya Dasar (edisi pertama
cetakan ke-5). Jakarta: Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar